Kekompakan
Regu Kuda Terbang
Karya Sigit W.
Namaku Sigit aku adalah murid kelas 8 SMP di Karangmojo.
Aku adalah orang yang tidak terlalu pandai untuk bergaul, namun suatu peristiwa
menyadarkanku arti suatu ikatan persahabatan. Peristiwa ini berawal ketika aku
pulang sekolah seperti biasa.
Di kelas pada siang hari “Eh rid, ayo kita pulang. Bentar
lagi sholat jum’at nih, nanti juga ada Pramuka kan?” Ajakku kepada Farid salah
seorang teman baikku
“Oh aku nggak pulang git. Aku sholat jum’at disini, lagi
pula aku juga udah bawa seragam pramuka.” Jawabnya
“Ya udah, aku pulang dulu, sampai nanti...” Sahutku
sambil meninggalkan kelas. Aku pun bergegas pulang ke rumah dengan sepeda motor
setiaku. Sebelum pulang aku sempat singgah ke sebuah masjid untuk sholat jumat. Yah maklum karena rumahku
lumayan jauh dari masjid sih, dari pada sibuk mondar-mandir mending sekalian
aja kan? “Kok udaranya panas ya? Bikin males aja.” Batinku sambil bergegas
menata peralatan untuk pramuka nanti.
Tak lama setelah aku tiba kembali, kegiatan pramuka pun
dimulai. Setelah upacara pembukaan usai, kami diperintahkan oleh pembina agar
membuat sebuah regu dengan beranggotakan 10 orang lengkap dengan
kepengurusannya. Aku nggak terlalu ambil pusing sih, tapi tentunya aku bergabung dengan perkumpulan teman sekelasku,
tapi sayangnya anggota kami hanya berempat.
“Kita sebaiknya bergegas
mencari anggota lain nih, buruan sebelum kita yang harus melengkapi regu yang
lain, tapi kita nggak boleh sembarangan memilih.” Saran Alan salah satu teman
sekelasku.
Bekti teman sekelasku pun ambil bicara. “Tenang aja
semua, nanti kalau ada regu yang kekurangan anggota akan dicarikan sama DP
(Dewan Penggalang) kok.”
“Semoga begitu deh” Jawab Alan dengan cemas
Ternyata banyak juga tiap-tiap orang masuk regu kami. Setelah
anggota bertambah regu kami akhirnya berjumlah 9 orang. Mereka adalah :
Aji,Alan,Bekti,Farid,Hasan,Ikhsan,Rafy,Riski, dan aku sendiri tentunya. Namun aku
merasa tidak nyaman seregu dengan anggota tambahan tersebut. Aku berfikir
mereka adalah orang yang egois, itu terlihat dari raut wajah mereka yang tidak
ada semangat sama sekali, walaupun sesekali mereka bergurau ria. Namun aku tak
pernah suka dengan candaan mereka, bagiku itu malah menyakitkanku. Setelah
semua anggota telah berkumpul menjadi regu, kini pembina memerintahkan untuk
menamai regu tersebut serta yel-yel pula. Kami pun langsung berdiskusi untuk
menamai regu kami. Usulan kami bermacam-macam, ada yang mengusulkan
naga,harimau,elang,kalajengking,kobra,dll.
Namun Alan mengusulkan pendapat yang menarik. “Bagaimana
regu kita bermana Kuda Terbang?”
“Nama yang lumayan unik. Sepertinya bagus, nama itu
jarang dipakai juga kan?. Hey kalian (Ikhsan,Riski, dan Aji) gimana pendapat
kalian?” Tanyaku kepada mereka.
“Terserah kalian sajalah, kami kan cuma ngikut aja.”
Sahut mereka bertiga
Aku pun geram mendengar jawaban mereka, sepertinya mereka
tidak menghargai teman-teman sekelasku.
“sudah-sudah kawan, kayaknya semua udah jelas deh. Baiklah kini regu kita
bernama Kuda Terbang, dan ketuanya Alan serta Sigit sebagai wakilnya.” Simpulan
Farid demi mencairkan suasana. Aku sebenarnya sungkan menerima kedudukan
tersebut, namun apa daya karena demi regu kami aku rela menjadi wakil ketua.
Hari demi hari pun bergulir, tak terasa kegiatan pramuka
sudah berjalan 1 bulan. Banyak materi yang telah diajarkan, ada cara membuat
dragbar,mendirikan tenda,mengenali sandi morse, dan tali temali. Ternyata
tujuan itu semua untuk seluruh siswa kelas 8 dalam menjalani perkemahan Candra
Dimuka yang tidak lama lagi akan dilaksanakan. Sebagian regu kami semangatnya
terbangun mendengar hal tersebut. Saatnya setiap regu harus bersiap-siap menyiapkan
barang-barang untuk perkemahan. Regu kami mulai membuat gapura untuk pintu
masuk tenda, namun pekerjaan ini hanya dikerjakan sebagian anggota. Aku jadi
mulai ragu dengan mereka. Dan aku mulai acuh dengan mereka juga.
Di
rumahku aku dan Rafy saling bercerita sambil membuat gapura “ya biar sajalah,
kapan-kapan aku bakal ngajak mereka bertiga kerja buat pagar tenda.” Kata Rafy
“Ide yang bagus.”
Sahutku
Namun esok harinya entah
ada makhluk gaib apa yang telah merasukinya. Mereka datang kerumahku dan
mencoba untuk membantuku membereskan pekerjaan ini. Tak kusangka mereka punya
niatan juga untuk bekerja. Kali ini aku merasa berbalik salut kepada mereka,
semoga mereka konsisten seperti ini. Tak lama beberapa hari berlalu akhirnya
semua persiapan telah selesai tepat pada waktunya. Esoknya kami siap untuk
mengikuti perkemahan Candra Dimuka. Kegiatan pertama kami diawali dari apel
pagi dengan breefing selama berkemah dikawasan tersebut. Setelah apel
pemberangkatan dimulai kami pun berkumpul dan berdoa. Alan pun menyemangati
dengan mengatakan yel-yel bersama.
“Kuda Terbangggg!!!....”
“Meluncurrrrr....” kami
meneriakkan yel-yel kami.
Semua telah memasuki
truk. Semangat terlihat pada wajah yang ceria bersemi disela-sela rasa penasaran
kami, namun ditengah rasa kehangatan persahabatan ini, tiba-tiba mataku melihat
seorang gadis yang nampak murung sambil melihat pemandangan disepanjang jalan.
Aku terpesona melihat wajahnya nan anggun, serasa aku ingin mendekatinya dan
berbincang-bincang dengan dirinya, tapi kaki ini seakan terpaku dan tidak
berani mendekati dirinya. Kenapa aku baru sadar kalau ada wanita cantik sekolah
di SMPku. Kemana saja aku selama ini? Tak apalah mungkin bukan jodohku. Pikiran
konyolku serasa terus menghinggapi seluruh jalan pemikiran.
“Ah sudahlah, mungkin
suatu saat aku bisa mendekati dirinya.”
Kata-kata dalam renunganku
“hey kenapa kau kawan,
marilah kita nikmati perjalanan ini, ya kan sobat?”
“Yoi Riddd...” ajakan
kawan-kawanku.
“Iya, maaf udah buat
kalian merasa penasaran atas sikapku.”
“Tak apalah kita kan
teman.” Jawab mereka
Udara kembali berhembus
kencang, angin-angin seakan menyerap panas terik matahari yang menyinari
sekujur tubuh kami. Tak lama sebelum kami mencapai bumi perkemahan Rafy dan
Alan merasakan hal-hal yang janggal didaerah Paliyan tempat kami akan berkemah.
“Hawanya telah berbeda
dari sebelumnya, sebaiknya kita harus jaga perilaku kita. Adakah yang merasa
sama seperti aku?” Tanya Rafy
“Benar, semoga tak
terjadi apa-apa, asalkan kita tidak berbuat yang tak seharusnya dilakukan.”
Nasehat Alan
Aku tak tau apa maksud
ucapannya tersebut. Ah kita semua masih anak kecil, tau apa? Tak terasa kami
pun tiba di Bumi Perkemahan Paliyan. Sekarang waktunya kami menurunkan barang bawaan dari truk lalu
bersih-bersih tempat yang akan didirikan tenda. Aku yang menyapu diareal tenda,
sedangkan yang lain mendirikan tenda. Kulihat ketelatenan mereka mendirikan
tenda, kini aku yakin mereka telah berubah menjadi orang yang lebih peduli.
Setelah semua siap,
semua regu menjalani upacara pembukaan perkemahan. Tak kuduga sore menjelang.
Aku bergegas mandi, jika aku kebagian mandi agak malam pasti suasananya
menyeramkan. Sudah terlihat dari kamar mandi tersebut.
“Kawan-kawan ayo lekas
mandi, kamar mandinya kurang bersahabat nih.” Ajakku
“Okee.” Jawab mereka
riang
Matahari telah beranjak
diufuk barat. Langit pun menjadi gelap, serta bulan dan bintang Menerangi
dinginnya malam. Saatnya melangkah menuju
kegiatan berikutnya.Semua tegang menunggu pemberangkatan pada jurit
malam. Sebelum itu kami diberi pertanyaan oleh pembina dengan sandi morse, regu
kami pun menjawabnya dengan sempurna berkat kerjasama yang kompak. Akhirnya
saat-saat yang kita tunggu telah tiba pemberangkatan dimulai dari regu
Kalajengking. Setelah lama menunggu waktunya giliran kami meluncur, jantung
berderap cepat dan keringat bercucuran. Regu kami berdoa terlebih dulu supaya
selamat dalam perjalanan. Perjalanan regu kami pun dimulai kami harus melewati
areal sawah yang rimbun dengan senter untuk menerobos kegelapan. Reguku
mengadakan taktik agar kita selalu bersama dengan cara menggabungkan tongkat
bersama antara depan dan belakang. Kami mendapati sebuah pita hijau yang diikat
disebuah dahan pohon, jadi artinya kita harus berjalan terus.
“Hey kawan-kawan, kalian
ketakutan atau tidak?” Tanyaku gelisah
“Tak apa asalkan kita
jangan melepaskan tongkat kita masing-masing, tetap tenang semua.” Jawab Alan
Kami pun melewati sebuah
lapangan dengan suasana yang hening dan gelap gulita, Setelah kami melewatinya
kami mendengar suara Dewan Penggalang dibalik rerumputan yang memerintahkan
regu kami untuk mematikan senter agar regu lain tidak melacak kami dan berhenti
sejenak menunggu regu yang didepan kami beranjak.
“Ahh lama sekali, udah
nunggu hampir 1 jam nih, emang didepan ada apa?” Keluhan Aji
“Au juga enggak tau,
udah hampir tengah malem nih.” Susul Farid
Ternyata mereka diberi
teka-teki dipost pertama. Usai melewati teka-teki, kami harus menjawab
pertanyaan tersebut dipost kedua. Aku dan kawan-kawan terus memecahkan
tiap-tiap jalan yang harus kami lewati untuk mencapai post kedua. Aku
tercengang pada post ini, karena lokasinya berada dikompleks pemakaman.
Untungnya pemakaman ini dekat pemukiman warga, hal ini dapat menyurutkan rasa
takut sedikit. Ternyata kami harus mencari nisan yang namanya ditentukan oleh
Dewan Penggalang. Kami dapat melewatinya meskipun ada rasa takut yang
menghantui.
“Hiii, untung selesai.”
Ucap Bekti lega
Post berikutnya kami
diberi teka-teki kembali dan menjawab dipost berikutnya. Sebelum mencapai post
4, kami melewati jembatan yang rasanya suram, kami bergegas berjalan keseberang
jembatan dengan cepat. Terlihat sebuah gubuk kecil dan didalamnya ada 2 Dewan
Penggalang yang berpura-pura tidur. Kami tertawa melihat kepalsuan tersebut,
mereka tak pandai berakting. Haha kami pun meneruskan perjalanan. Pada post 4
kami menjawab teka-teki lalu diperbolehkan lewat. Jalannya turun tajam lalu
menaiki tanjakan yang licin. Akhirnya post terakhir regu kami diperbolehkan
ketenda. Ternyata jalanan itu menuju tempat pemberangatan kami, setelah sampai
ditenda kami menceritakan kejadian selama jurit malam kepada regu lain yang
telah sampai duluan.
Pagi buta telah tiba,
dinginnya udara sampai-sampai seakan menusuk ketulang. Kegiatan hari kedua
berlanjut mulai dari jalan sehat,senam pagi,dll. Sore harinya kami mengadakan
permainan. Semuanya sangat asik tak terasa waktu istirahat sore telah tiba. Malam
harinya semua mengadakan upacara api unggun dan pentas seni dikarenakan siang
harinya kami pulang menuju sekolah kembali. Pada upacara api unggun aku
tiba-tiba terpaku melihat gadis yang kulihat waktu berada ditruk. Seandainya
aku bisa bersama dirinya, tapi hati ini serasa hancur mengetahui ternyata dia
telah memiliki seorang pacar. Pada pentas seni aku hanya terdiam dan tak mampu
berfikir lebih panjang lagi, bahkan perkataan kawan-kawanku sekali pun tak ku
gubris. Tak kusangka dia tampil dipentas seni. Aku hanya bisa pergi keluar
areal perkemahan, tak akan kupedulikan apa yang akan terjadi pada diriku
nantinya. Dijalan aku mendengar suara-suara burung hantu dan suara misterius
lainnya. Aku tidak terlalu takut karena kehancuran hati ini telah dalam. Aku
meneruskan perjalanan dan berhenti disebuah lapangan. Aku ingat kata-kata Alan
agar berhati-hati dalam bertindak. Dari belakang ada sesosok wanita mengenakan
baju putih dan rambut yang panjang menutupi mukanya. Aku pun lari
terbirit-birit.
“Ya Allah selamatkan
aku, aku tak akan mengambil keputusan semena-mena lagi.” Teriakku disepanjang
jalan
Tiba-tiba aku menabrak
seseorang.
“Ampun! Aku akan kembali
tolong jangan hantui aku!!!”
“Sigit, kamu kemana aja?
Seluruh perkemahan mencari kamu!” Tanya Farid dan diikuti teman-teman
“Engga aku hanya ingin
menyendiri aja, maaf aku telah meminggalkan kalian dan membuat kalian cemas.”
Sesalku
“Sekali lagi aku katakan
kepadamu git, tak usah minta maaf kepada kami, karena tentunya kami akan
memaafkan, kita kan kawan Kuda Terbang bukan?” Perkataan teman-teman dengan
wajah ceria
“Tentu saja, terima
kasih kawan semua.” Aku pun merasa terharu.
“Apa pentingnya seorang
perempuan yang ku sukai tapi belum mengetahui tingkah lakunya jika ada banyak
kawan sejati yang selalu setia menemani kawan lainnya yang sedeng merasa
terbebani dan mencari jalan terbaik bagi temannya tersebut. Aku sangat beruntuk
memiliki kawan seperti kalian.” Kesimpulanku didalam pikiran sambil memasuki
gapura perkemahan.
“Ayo Git kita tampilkan
pentas seni kita. Semua ayooo.. Kuda Terbangggggg meluncurrrr!!!’” Ajak Hasan
Kami menampilan 2 lagu
dari Bondan Prakoso & Fade 2 Black yaitu Yasudahlah dan Not With Me untuk
melepaskan beban dihati. Inilah arti sahabat sebenarnya terima kasih banyak
semua.
Akhirnya kami harus
kembali ketempat kami berasal tapi sebelum pulang, semua melaksanakan upacara
penutupan dan menyebutkan juara keseluruhan dari kekompakan regu. Ternyata
kekompakan kami membuahkan hasil juga. Kami meraih juara kedua sedangkan juara
pertama adalah Regu Garuda Dewan Penggalang. Yah kita harap maklum mereka
memang hebat sekaligus membimbing kami juga. Aku bangga pada kekompakan regu
kami, sekian kisah dari penulis. Kuda Terbanggggggg meluncurrrrrrr!!!!! TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar